WONG JOWO IN THE BLOG MENGUCAPKAN "SELAMAT TAHUN BARU MASEHI 2018", SEMOGA DITAHUN BARU INI GUSTI ALLAH SWT,BANYAK BERKAH DAN BAROKAH, SEHINGGA MENAMBAH KESEMPURNAAN HIDUP DAN IBADAH KITA, AMIN YA RABBAL ALAMIN

Monday, May 8, 2017

FILOSOFI DALAM RUMPUN POHON BAMBU

Bambu sebagai salah satu aspek dalam unsur kebudayaan dan kepercayaan masyarakat juga dapat ditemui dalam masyarakat Jawa. Sebagai salah satu etnis terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara, masyarakat Jawa memiliki berbagai filosofi hidup yang berkaca dari alam sekitar. Seperti pohon bambu, yang tak luput dari penganalogian falsafah Jawa, selanjutnya falsafah bambu sebagai pedoman hidup ini dikenal dengan Ngelmu Pring (Belajar dari Bambu) yang merupakan salah satu gambaran karakteristik orang Jawa. Pring Bisa juga menjadi Eling Kang Peparing artinya selalu ingat dengan sang pemberi(Gusti allah SWT).

Tradisi Jawa dihimpun dari kesusasteraan Sansekerta selama ribuan tahun seperti Pararaton, Negarakertagama, dan Babad Tanah Jawi. Dari sini kemudian muncullah ajaran Kejawen, dan Kejawen bukan kategori religius melainkan lebih kepada etika dan sebuah gaya hidup yang diilhami dari pemikiran Jawa.

Jogja Hip-hop
Sebuah Grup musik Hip-Hop asal kota Jogjakarta yaitu Jogja Hip Hop Foundation. mengabadikan dan menyampaikan filosofi bambu dalam sebuah lirik lagu mereka dengan judul ngelmu pring, liriknya sebagai berikut :

"Pring Dheling tegese Kendhel lan Eling, kendhel mergo eling timbang grundel nganti suwing..” Memiliki arti bahwa orang hidup haruslah itu haruslah tau diri dan selalu mawas diri, jangan selalu menggerutu dalam menjalani kehidupan).

“Pring Ori, urip iku..mati kabeh seng urip mesti bakale mati..” Artinya adalah, hidup itu mati dan semua yang hidup pasti mati.

“Pring Wuluh, urip iku tuwuh ojo mung emboh ethok-ethok ora eruh..” Bagian ini memiliki artian bahwa hidup itu tuwuh, selalu dinamis, dan jadi orang janganlah bersikap acuh dan pura-pura tidak tahu menahu apa yang seharusnya kita ketahui.

“Pring Cendhani, urip iku wani ngadepi ojo mlayu mergo wedhi..”. Dalam menjalani hidup kita haruslah jadi seorang pemberani, berani menghadapi segala situasi dan jangan lari karena takut.

“Pring Kuning, urip iku eling wajib podo eling marang sing peparing..". Pesan dari wejangan tersebut adalah, hidup harus selalu ingat pada Sang Maha Pengasih.

“Pring Apus, urip iku lampus dadi wong urip ojo apus-apus..”. Walaupun hidup dinamis, namun hidup juga mudah rapuh atau lampus. Maka dari itu orang janganlah suka berbohong agar hidup kita tidak semakin rapuh.

“Pring Petung, urip iku suwung senajan suwung nanging ojo podo nganti bingung..” Hidup itu selalu dipenuhi masalah, dan terkadang masalah membuat kita semakin suntuk suwung. Namun, meskipun hidup penuh masalah kita hendaknya jangan selalu bingung.

Falsafah Ngelmu Pring juga menyebutkan bahwa “Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg rejeki seret ora usah podo buneg...”. Artinya adalah, walaupun bambu adalah masuk dalam keluarga rumput namun dapat berdiri tegak, walaupun rejeki sedang seret hendaknya jangan terlalu suntuk. Selain itu dalam Ngelmu Pring, kita diajarkan bagaimana hendaknya kita selalu ingat akan mati sebagaimana pada penggalan “Menungsa podo eling yen tekan titi wancine bakal digotong anggo pring, bali neng ngisor lemah podo ngisor oyot pring...”. Hal tersebut memiliki arti yang sangat mendalam, apabila manusia sudah sampai waktunya (dalam hal ini mati) juga akan diusung dengan keranda yang terbuat dari bambu menuju ke tempat peristirahatan terakhir. Sebagaimana hal ini dapat kita temui dalam upacara kematian masyarakat pedesaan Jawa. Setelah diusung dan dimakamkan, maka sang manusia tersebut akan kembali kepada bumi dan beriringan dengan akar-akar bambu.

Masyarakat Jawa juga memiliki prinsip bahwa hidup itu berjalan seperti air, dan kita mengalir bersamanya. Pun demikian dengan bambu yang memiliki sifat “Ora gampang tugel, merga iso melur...”, (tak mudah patah, karena lentur). Bagi masyarakat Jawa sifat bambu yang sedemikian memiliki makna yakni “Urip kuwi ojo podo kaku, meluro lan pasraho. Ojo mangu-mangu, nging terus mlaku..”. Dalam menjalani hidup kita jangalah menjadi orang yang kaku, bersikaplah melur atau fleksibel dalam artian kita selalu bersikap terbuka dan membuka diri. Hidup juga hendaknya jangan berpangku tangan, terus berjalan dan berusaha hingga Tuhan menunjukkan hasilnya. Usaha tersebut juga dibarengi dengan doa agar hidup selalu dalam lindungan Tuhan yang mengatur seluruh hidup kita.

Hidup juga janganlah berlebihan harta, konsumtif dan hedonis, hiduplah secukupnya. Bagi orang Jawa, apabila hidup dalam keadaan “Cukup sandang pangan papan, urip bakal mukti pakarti..”. Dengan artian bahwa apabila kita hidup berkecukupan dari segi sandang, pangan, dan papan maka hidup kita akan selalu bermakna jika dibarengi dengan budi pekerti yang luhur.

Pring/Bambu
Filosofi Pring di pandang dari segi Pertumbuhan bambu :

1.Sebelum tumbuh akar bambu lebih dulu menguatkan dirinya sendiri, 
  meskipun berakar serabut, pohon bambu tahan terhadap terpaan angin kencang, dengan                       kelenturannya dia mampu bergoyang bak seorang penari balet, 
  fleksibilitas itu lah bambu. gerak yang mengikuti arus angin …tetapi tetap kokoh berdiri di                 tempatnya mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup     walau penuh cobaan dan tantangan, namun tidak kaku.

2.Akar Bambu memiliki struktur yang unik karena terkait secara horizontal dan vertikal, 
  sehingga dia tidak mudah ptah dan mampu berdiri kokoh untuk menahan erosi dan tanah longsor di     sekitarnya, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa agar kita mampu berguna baik untuk diri         kita sendiri dan orang lain, sehingga akan membuat   hidup kita lebih bermakna dan bermanfaat           dalam kehidupan kita.

3.Bambu sebagai simbol siklus hidup manusia, 
   contohnya setelah tunas tumbuh lalu keluar lah rebung, ini mengajarkan bagaimana kita perlu              proses untuk menjadi lebih baik, dengan kesabaran, ketekunan, kegigihan dalam berusaha itu lah        yang akan menjadi pintu kesuksesan seseorang, walaupun mungkin standar kesuksesan berbeda          setiap orang, tapi itu bisa mengajarkan kita bagaimana cara berproses, hidup bukan sesuatu yang        instan tapi dia berproses, tinggal bagaimana kita bisa menjadikan proses ini menjadi lebih berguna      bagi kita semua.

4.Kemampuan bambu 
   untuk tumbuh ditempat yang sulit menyebabkan bambu tersebar dalam area yang sangat luas dari        kawasan yang terbentang diantara 50 derajad lintang utara dan 47 derajad lintang selatan. 
   Penyebaran yang luas memungkinkan banyak sekali penggunaan bambu untuk tujuan yang                  berbeda, sumpit di kawasan Asia Timur seperti jepang dan korea, 
   bahan anyaman untuk wadah, perangkap ikan, sampai alat musik dan obor penerangan, ini                  mengajarkan kita bahwa dimanapun kita berada, dimana bumi dipijak, 
   senantiasa memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitar kita, sesulit apapun              keadaan, tak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tak ada alasan untuk berlama-lama terpendam    dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari            kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

5.Dari klasifikasinya, 
   bambu tergolong dalam tanaman rumput. Tapi, bambu adalah rumput spektakuler. Tingginya t            terentang dari 30 cm sampai 30 meter. Ia sebuah tanaman rumput yang unik. 
   Nah, inilah pelajarannya. Meskipun berlatar tanaman rumput, bambu menjadi beda lantaran                karakternya. Kegunaan dan caranya bambu mengekspresikan dirinya menjadikan bambu sebagai        rumput yang berbeda. Dalam kehidupan pun, latar belakang kita sebenarnya bukanlah penentu. 
   Tetapi, bagaimana kita berupaya mengekpresikan potensi diri, tidak peduli latar belakang yang ada. 
   Itulah yang akhirnya, membuat kita menjadi pribadi yang luar biasa.

Terima kasih semoga Bermanfaat untuk para pembaca, semoga bisa menjadi contoh, motifasi dan pandangan dalam menjalani kehidupan sehingga saat akan menjalankan sesuatu memiliki pertimbangan dan perencanaan yang matang, sehingga kesukses'an, tangguh, sabar dalma berbagai hal untuk mencapai suatu keinginan.

Sumber : Niels Mulder. 2001. Mistisisme Jawa : Ideologi di Indonesia. Yogyakarta : LKiS Pelangi Aksara, Benedict Anderson. 2008. Mitologi dan Toleransi Orang Jawa. Yogyakarta : Jejak, Tulisan ini pertama kali dipublikasikan dalam Indonesiana Tempo 19 Agustus 2016 dengan judul ‘Ngelmu Pring : Analogi Bambu dalam Falsafah Hidup Orang Jawa’ dan dipublikasikan kembali di laman ini dengan sedikit perubahan.

No comments:

Post a Comment